Sekarang kita
akan berdiri sejenak untuk sebuah penghormatan yang berasal dari dalam jiwa
kita terhadap Firman Allah, dan kita akan membacanya secara bersama-sama dengan
suara yang nyaring dari ayat 19 sampai 27. Sekarang, apakah anda sudah
mendapatkannya? Yohanes pasal satu ayat 19 sampai 27. Di hadapan Tuhan, mari
kita berdiri bersama-sama dan membacanya dengan nyaring dari ayat 19 sampai ayat
27:
Dan inilah kesaksian Yohanes ketika orang Yahudi
dari Yerusalem mengutus beberapa imam dan orang-orang Lewi kepadanya untuk
menanyakan dia: "Siapakah engkau?"
Ia mengaku dan tidak berdusta, katanya: "Aku
bukan Mesias."
Lalu mereka bertanya kepadanya: "Kalau begitu,
siapakah engkau? Elia?" Dan ia menjawab: "Bukan!" "Engkaukah nabi yang akan
datang?" Dan ia menjawab: "Bukan!"
Maka kata mereka kepadanya: "Siapakah engkau?
Sebab kami harus memberi jawab kepada mereka yang mengutus kami. Apakah katamu
tentang dirimu sendiri?"
Jawabnya: "Akulah suara orang yang berseru-seru
di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan! seperti yang telah dikatakan nabi
Yesaya."
Dan di antara orang-orang yang diutus itu ada
beberapa orang Farisi.
Mereka bertanya kepadanya, katanya: "Mengapakah
engkau membaptis, jikalau engkau bukan Mesias, bukan Elia, dan bukan nabi yang
akan datang?"
Yohanes menjawab mereka, katanya: "Aku membaptis
dengan air; tetapi di tengah-tengah kamu berdiri Dia yang tidak kamu kenal,
yaitu Dia, yang datang kemudian dari padaku. Membuka tali kasut-Nyapun aku tidak
layak."
Terima
kasih. Sekarang anda boleh duduk. Judul khotbah kita pada hari ini adalah:
Seorang yang diutus Allah. “Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya
Yohanes.” Allah menjawab masalah manusia dan selalu menyingkapkannya melalui
seorang manusia. Kita manusia pada umumnya ketika menghadapi masalah, biasanya
kita menetapkan sebuah komite, dan organisasi-organisasi, serta banyak program,
tetapi tidak demikian dengan Allah. Allah menjawabnya dengan seseorang yang
dipanggil Allah, seseorang yang ditetapkan oleh Allah.
Anda ingat,
di dalam kitab Keluaran, Tuhan berfirman kepada Musa di padang gurun Horeb: “Aku
telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku… dan Aku telah mendengar
seruan mereka…. Aku mengetahui penderitaan mereka. Jadi sekarang pergilah, Aku
mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umatKu Israel keluar dari Mesir.”
Allah menjawab masalah manusia melalui seorang manusia.
Salah satu pasangan
ayat yang paling tidak biasa yang pernah saya baca dalam Alkitab terdapat di
dalam 1 Raja-raja, pasal 21: “Berkatalah Izebel kepada Ahab, suaminya dan raja
Israel, ‘Bangunlah, ambillah kebun Anggur Nabot. Karena Nabot sudah mati.”’
Dan ayat berikutnya:
Tetapi datanglah firman Tuhan kepada Elia orang
Tisbe itu
Bangunlah, pergilah…ke kebun anggur Nabot….
Dan katakan kepada Ahab, “…. Di tempat anjing menjilat darah Nabot, di situ
jugalah anjing akan menjilat darahmu.”
Allah mengirim seorang manusia,
Allah menetapkan seorang manusia!
Di dalam Kisah
Rasul pasal dua puluh enam, Rasul Paulus di depan Raja Agrippa berkata: “Tetapi
Tuhan telah berkata kepadaku, ‘Sekarang bangunlah dan berdirilah. Aku
menampakkan diri kepadamu untuk menetapkan engkau menjadi pelayan dan saksi
tentang segala sesuatu yang kau lihat padaKu dan tentang apa yang akan
keperlihatkan nanti, kepada bangsa-bangsa non Yahudi, supaya mereka berbalik
dari kegelapan kepada terang.”’ Jawaban Allah selalu datang melalui seorang
manusia, Allah yang memanggil seorang manusia.
“Datanglah seorang
yang diutus Allah, namanya Yohanes:” Seorang yang memiliki nyala api di dalam
hatinya. Matius memulai Injilnya di dalam pasal tiga ayat yang pertama: “Pada
waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan kerusso:”
Itu adalah sebuah kata yang mengesankan dan penuh kuasa—kerusso:
memperdengarkan, membunyikan, meneriakkan, memproklamasikan, memberitakan. “Pada
waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea dan kerusso:”
Anda dapat mendengarnya dengan jelas hingga ke Yerusalem—nyala api dan kobaran
yang ada di dalam jiwanya. Yesus berkata tentang dia, bahwa dia adalah seorang
yang berkobar-kobar dan terang yang bercahaya, seseorang yang memiliki nyala api
di dalam hatinya.
Anda mengingat
panggilan Yesaya, ketika di dalam pasal enam dia menggambarkan penglihatan
tentang kemuliaan Tuhan, yang duduk di atas takhta yang menjulang tinggi. Ketika
Yesaya melihat ke atas Juruselamat yang raut wajahNya seperti matahari, salah
satu seraphim mengambil sepit dan pergi ke atas altar untuk mengambil bara dan
menyentuhkannya ke mulut Yesaya—panggilannya untuk menjadi seorang nabi Allah,
sebuah bara api.
Tidakkah anda
pernah membaca tentang penjelajahan ini—di salah satu dasar samudera utara di
New Finland—penjelajahan kapal Titanic? Tidakkah anda pernah membaca tentang
hal itu? Katakanlah kepada saya, tidakkah hal ini benar: perbedaan satu-satunya
antara gunung es yang terbenam di garis samudra—yang menghilangkan seribu lima
ratus nyawa manusia—perbedaan satu-satunya antara gunung es yang terapung dan
lapisan air yang terapung di atasnya adalah perbedaan suhu. Bukankah hal itu
benar?
Kebenaran di atas
es—dingin dan beku—tidak akan pernah hangat, atau tidak akan pernah mengubah
jiwa manusia. Harus ada sebuah nyala api di dalamnya. Harus ada seorang
penyampai pesan yang memiliki hati yang keras dalam menyampaikannya—Allah
mengutus seseorang yang memiliki nyala api di dalam jiwanya.
“Datanglah seorang
yang diutus Allah, namanya Yohanes;” seorang yang memiliki iman di dalam
pesannya. Hal yang sama terdapat dalam Injil Matius pasal 3 ayat yang pertama:
“Pada waktu itu tampillah Yohanes Pembaptis di padang gurun Yudea, (mengumandangkan)
memberitakan (memproklamasikan):” Katakanlah kepada saya, akankah anda mau
memulai dari sana, di padang gurun, dalam sebuah tempat yang gersang, tandus,
panas dan kosong? Di padang gurun—tetapi pesannya adalah untuk seluruh ciptaan,
seperti Yesaya yang memulai nubuatannya dengan berkata, “Dengarlah, hai langit,
dan perhatikanlah, hai bumi….” Dia memulai dispensasi yang baru, sebuah era yang
baru. Dia memperkenalkan iman Kristen. Dan dia mengalamatkannya—di dalam momen
yang menggemparkan itu dan dalam sebuah penyingkapan yang besar itu—dia
menujukannya kepada seluruh ciptaan.
Iman di
dalam pesannya: Semuanya harus mendengar dan melakukannya. Saya tidak dapat
menggambarkan kehebohan dari kemunculan Yohanes Pembaptis, seorang yang telah
diutus Allah. Setelah empat ratus tahun—bayangkan betapa panjangnya masa itu!
Amerika Serikat baru berusia sekitar dua ratus tahun—selama empat ratus tahun,
tidak ada seorang nabi dan tidak ada sebuah penglihatan. Perjanjian Lama ditutup
oleh kitab Maleakhi, sorga seakan-akan telah menutup pintunya: Sorga adalah
kuningan dan bumi adalah besi. Kemudian di sana ada sebuah kerinduan, dan sebuah
doa serta sebuah tanda bagi kerajaan Mesianik dan raja yang akan datang. Dan
pada masa itu, pada masa kerinduan yang dalam itu, muncullah bara ini, nabi
Allah yang bersinar.
750 tahun
sebelumnya, kedatangannya telah dinubuatkan oleh Yesaya. Maleakhi menutup
nubuatannya di dalam Perjanjian Lama dengan gambaran dari kedatangannya, dan
sekarang hari itu telah datang. Nabi Allah telah dibangkitkan dan berbicara di
tengah-tengah mereka. Dan sebuah tanda apa yang dia miliki: Seorang yang
terlihat keras—yang tidak dapat dibujuk, tegas, yang memiliki daya tarik—yang
berasal dari padang gurun. Makanannya adalah belalang dan madu hutan. Pakaiannya
dari bulu unta dan ikat pinggang kulit. Dan suaranya seperti guruh dan
kehadirannya seperti angin puyuh dan matanya berkilat-kilat seperti nyala api.
Saya dapat melihat
seorang nabi yang hebat, yang berdiri di tepi sungai Yordan, dengan rambut yang
tidak dipotong (Dia adalah seorang nazir, seperti Samson dan Samuel serta Elia).
Wajahnya keras dan estetis; pembawaannya kasar dan suaranya seperti sebuah suara
pada hari penghakiman dari Allah yang Mahakuasa..
Orang-orang datang kepadanya: Alkitab berkata, semua penduduk Yerusalem dan
Yudea serta orang-orang yang berdiam di sekitar sungai Yordan datang
berbondong-bondong. Setiap orang melihat, dan mendengar perkataan Yohanes
Pembaptis, seorang yang diutus Allah. Dan saya berbicara kepada mereka—kita
berbicara kepada mereka: “Apakah anda telah pergi untuk mendengar nabi yang
hebat itu?”
Dia
berkata: “Ya! Ya!”
Kemudian
saya akan berkata: “Seperti apakah dia?”
“Oh,” dia
berkata, “Dia seperti guruh. Saya tidak pernah bergetar sedemikian rupa dalam
hidup saya, kecuali ketika saya mendengar dia berbicara.”
“Apakah
yang dia katakan?”
“Saya mendengar dia
berkata: ‘Kapak sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak
menghasilkan buah yang baik pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.’ Dan saya
merasa seperti terbakar dan merasakan nyala api yang panas.”
“Tuan, apakah anda
sudah mendengar Yohanes Pembaptis?”
“Ya.”
“Jadi,
seperti apakah dia?”
“Saya
merasa, saat berada di hadapannya, seakan-akan saya sudah berada di hari
penghakiman Allah yang Mahakuasa.”
“Jadi,
apakah yang telah dia sampaikan?”
“Saya mendengar dia berkata,
“Alat penampi sudah di tanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan
mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya
dalam api yang tidak terpadamkan.”
“Anda tuan—apakah
anda sudah mendengarnya?”
“Ya, saya
sudah pergi mendengarnya.”
“Jadi, apa yang
telah dia sampaikan?”
“Dia
mengguncangkan langit. Saya mendengar dia berkata kepada orang Farisi dan orang
Saduki: ‘Hai kamu keturunan ular beludak! Kamu orang-orang munafik! Hasilkanlah
buah yang sesuai dengan pertobatan dan janganlah kamu mengira, bahwa kamu dapat
berkata dalam hatimu: Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu:
Allah dapat menjadikan anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini!”’
“Tuan,
apakah dia mengatakan hal itu ke arah muka mereka?”
“Ya, ke
arah muka mereka.”
Betapa dia
merupakan seorang nabi yang luar biasa! Seorang manusia Allah! Yang berdiri di
hadapan seluruh dunia, memperkenalkan kerajaan yang baru dari kekudusan,
kebenaran, kesalehan dan keselamatan di dalam diri raja yang akan datang.
“Seorang yang
diutus Allah, namanya adalah Yohanes.” Di balik penampilan yang keras, dan kasar
itu, roh dan hati manusia digerakkan olehnya ke dalam dunia yang lain. Dia dan
semua manusia, berdiri di hadapan kemulianNya. Dia sederhana dan tidak
mementingkan diri sendiri.
Pikirkanlah tentang
Yohanes yang mulia ini. Ada seorang malaikat dari sorga yang bernama Gabriel.
Dia memperkenalkan dirinya di hadapan Zakharia, seorang imam yang berdiri di
hadapan Allah, seorang pesuruh Tuhan. Dan Gabriel berkata kepada Zakharia:
“Allah akan memberikan kamu seorang anak.”
“Bagaimana mungkin
hal itu dapat terjadi,” kata imam tua itu, “sebab istriku sudah tua?”
Gabriel
berkata: “Tidak ada yang mustahil bagi Allah.”
Berpikir
tentang keajaiban ini, hal yang luar biasa ini, bahwa sorga mengumumkan
kelahiran seorang nabi Allah yang bernama Yohanes. Lihat kembali ke arah dia.
Tangan Allah berada di atasnya. Ada begitu banyak orang yang berbondong-bondong
datang ke sana. Dan Roh Allah berada di dalam pesannya. Berpikir tentang
seseorang yang berada di padang gurun, yang mampu menarik orang untuk berkunjung
dari setiap penjuru dari dunia Asia Tengah.
Yohanes
Pembaptis—Yesus berkata tentang dia: “Di antara mereka yang dilahirkan oleh
perempuan, tidak ada seorangpun yang lebih besar dari pada Yohanes, namun yang
terkecil dalam kerajaan Allah lebih besar dari padanya.” Pengkhotbah yang sangat
mulia! Tidak hanya itu, tetapi dalam masa dimana orang sangat rindu akan
kedatangan kerajaan Mesianik, seluruh orang-orang, mereka semua, bersedia untuk
menerima Yohanes sebagai Mesias yang akan datang itu. Sehingga mereka datang
kepadanya dan membawa sebuah pertanyaan: “Engkau, apakah engkau seorang nabi
yang telah diselamatkan dalam gunung batu? Apakah engkau seorang nabi?”
“Bukan!”
kata Yohanes: “Bukan!”
“Kalau begitu,
apakah engkau Elia?”
“Bukan!” kata nabi
Yohanes.
“Jadi,
apakah engkau Kristus, yang akan datang itu?”
“Bukan!”
“Jadi
apakah engkau nabi yang diharapkan itu atau yang dicari itu?”
“Bukan!”
“Jadi,
siapakah engkau?”
Dan
Yohanes menjawab: “Aku bukanlah salah satu dari antara mereka. Aku bukanlah
siapa-siapa. Akulah suara yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan
Tuhan’ Aku adalah seorang pemberita. Aku adalah sebuah sangkakala. Aku adalah
seorang yang menyampaikan pengumuman. Aku adalah seorang yang menunjukkan jalan
kepada kedatangan Tuhan Yesus.”
“Saya tidak dapat
percaya, hanya seorang utusan!”
Dan dia melangkah
ke samping dan berkata: “Dia harus makin bertambah dan aku harus makin menurun.”
Dan dia lenyap ke dalam bayangan yang terlupakan. Dan Yesus, yang kepadaNya
Yohanes memberikan dirinya sebagai seorang pembuka jalan, mengambil alih
kerajaan Allah. “Aku hanya sebuah suara. Seseorang yang menunjuk kepada Tuhan.
Lihat raja telah datang!”
Itu adalah hal yang
harus kita lakukan—kita semua—membuat jalan kepada juruselamat, menunjuk kepada
Dia, menunjuk kepada Yesus dan menyingkir dari jalan itu—pelayanan sederhana
yang telah kita lakukan—sehingga Dia dimuliakan. Dan semua di dalam semua, hanya
menunjukkan jalan, hanya untuk memberikan kesaksian; hanya berbicara tentang
firman Tuhan Yesus.
“Seorang
yang diutus Allah, namanya Yohanes.” Dan ketika saya berpikir tentang
pengkhotbah yang kasar itu, yang rumahnya berada di padang gurun, yang
memisahkan dirinya dari sejumlah bayaran, dari hadiah-hadiah, dan bujukan
masyarakat—hanya mempersiapkan jalan bagi Yesus. Ketika saya berpikir tentang
dia, saya berpikir tentang pengkhotbah mula-mula yang telah meratakan jalan bagi
peradaban Kristen, dan kehidupan Kristen dan ibadah Kristen di sini, di tanah
Amerika ini, yang di dalamnya kita telah hidup.
Di akhir abad dua
puluh—dan menulis tentang seratus tahun yang lalu—ada seorang penulis Baptis
yang berbakat dan namanya adalah Henry C. Vedder. Dan dia menulis penghargaan
yang luar biasa kepada pioneer pengkhotbah Baptis yang kasar itu:
Manusia Allah ini ditetapkan ke dalam padang gurun, tanpa mengetahui dimana
mereka akan menemukan tempat berteduh pada malam hari atau makanan yang akan
mereka mereka selanjutnya, yang rela untuk menderita dengan sebuah keinginan
bahwa mereka dapat membawa seseorang kepada Anak domba Allah. Adalah sesuatu
yang mustahil untuk menilai juga atau untuk memuji ibadah yang telah diberikan
oleh orang-orang yang memiliki iman yang luar biasa ini. Kegigihan mereka
adalah sesuatu yang sulit untuk dibayangkan pada masa ini. Mereka mengembara
dari satu tempat ke tempat lain di atas punggung kuda. Tanpa sebuah jalan yang
bisa selamat dari serangan orang Indian atau pohon-pohon yang besar atau aliran
sungai yang deras tanpa sebuah jembatan. Yang sering menderita kelaparan, yang
tidur disembarangan tempat yang dapat mereka temukan, seringkali merasa frustasi
dengan demam yang tinggi dan malaria, tetapi tetap memiliki kegigihan yang luar
biasa. Jika mereka tidak memiliki pakaian dari kulit domba atau kulit kambing
seperti pahlawan iman pada masa yang lalu, mereka mengenakan kulit rusa. Dan
tempat tinggal mereka ditenun dengan sederhana dari karung. Mereka tinggal dalam
tempat yang tidak memiliki pintu-pintu, tinggal di dalam kebiasaan yang
sederhana, berbagi suka dan duka dengan orang-orang yang tinggal di padang.
Para pengkhotbah mula-mula bekerja di dalam dunia yang seperti itu, seperti yang
telah disampaikan oleh salah seorang dari mereka, berada dalam sebuah bagian
dari seluruh ciptaaan, dimana belum perbudakan di daerah barat.
Di mana salah satu dari mereka menulis pada
tahun 1805: Setiap hari saya mengembara, saya harus berenang melalui
sungai-sungai kecil atau rawa-rawa; dan saya basah dari kepala hingga kaki; dan
kadang-kadang sepanjang hari harus berendam di dalam air. Saya memiliki rematik
di dalam seluruh sendi tubuh saya. Memiliki penderitaan dalam tubuh dan pikiran,
bahkan pena saya tidak mampu untuk berkomunikasi. Tetapi hal ini yang dapat saya
katakan, ketika seluruh tubuh saya basah oleh air dan kedinginan, jiwaku
dipenuhi dengan api sorgawi. Dan saya dapat berkata bersama dengan Santo Paulus:
“Tidak satupun dari hal-hal ini yang dapat menggoyahkan aku. Bahkan aku tidak
memberi perhitungan kepada diriku sendiri sehingga dengan demikian aku dapat
menyelesaikan tugasku dengan penuh sukacita.”
Secara umum, para pemberita injil, seringkali
dengan murah hati menerima semuanya dengan air mata sukacita. Orang-orang yang
harus menjalankan hidupnya dengan menghadapi kematian karena kelaparan dan
kedinginan, yang tidak memiliki pemberian yang cukup dalam pelayanan mereka yang
berpindah-pindah—bahkan untuk menawarkan kepadanya makanan dan pakaian yang
artinya adalah sebuah pengorbanan.
Tetapi pada masa yang awal dia sangat
bersukacita untuk dapat berbagi dari segala kesenangan yang mereka miliki.
Di padang yang liar, seperti Paulus, mereka
berjalan melewati banyak rintangan—rintangan dari gelombang, dari serangan
binatang buas, dari orang-orang Indian yang biadab, dari berhala-berhala dan
dihina oleh orang-orang yang keras yang tidak kurang biadabnya dari binatang
buas atau orang-orang Indian. Tetapi Allah, yang telah menutup mulut singa-singa
yang buas, ada bersama dengan para pelayanNya, pemberita Injil yang mula-mula.
Banyak yang mati secara prematur karena kekurangan dan penyakit serta mengalami
hidup yang sulit
Rumah ibadah yang dimiliki oleh para pengkhotbah
ini, dalam mengadakan kebaktian adalah milik Allah sendiri—yaitu hutan-hutan dan
padang yang luas. Perpustakaan mereka hanyalah Alkitab dan sebuah buku himne
yang berada di dalam kantung pelana mereka. Mereka tidak membaca esai yang
mengkilap dalam sebuah manuskrip seperti yang sering dilakukan oleh generasi
pengganti mereka yang telah mengalami kemunduran.
Saya
menyukai kalimat itu: “Mereka tidak membaca esai yang mengkilap dalam sebuah
manuskrip seperti yang sering dilakukan oleh generasi pengganti mereka yang
telah mengalami kemunduran.” Rob “Backwoodsman” telah menggambarkan hal itu:
Untuk seorang pengkhotbah yang tidak dapat memiliki sasaran yang tepat.
Khotbahnya cendrung kasar dan pendek—tidak
selalu cermat seperti Raja Bahasa Inggris—hanya sedikit diwarnai dengan doktrin
lama yang baik yaitu tentang anugerah; penginjilan yang sesaat dan dari anugerah
penuh kekayaan dari Allah yang memberi pertobatan kepada pendengarnya.
Orang-orang ini tidak tahu adat sebagaimana
mereka terlihat sekarang, tidak ramah sebagaimana mereka seharusnya bersikap
sesuai dengan kebiasaan di mimbar gereja Baptis di kota kita, yang memimpin
jutaan orang kepada salib Kristus, dan telah mendirikan gereja-gereja dalam
komunitas baru daerah barat, yang telah meletakkan fondasi bagi badan-badan
denominasi kita di atas stuktur yang kuat yang telah dibangun.
Mari kita memberi penghormatan kalau dia memang
pantas menerimanya jika mereka dapat dibandingkan dengan para pengkhotbah yang
mula-mula. Kita, adalah orang-orang yang dapat masuk ke dalam pekerjaan dari
orang-orang pantas dihormati jika kita layak untuk membuka tali sepatu mereka.
Catatan tentang mereka berada ditempat yang tinggi. Nama mereka tertulis di
dalam kitab Allah.
Hal yang
harus diingat adalah: “Mereka akan menjadi milikKu,” kata Tuhan semesta alam,
“Pada masa Aku akan membuat permataKu (para pemberita injil mula-mula, para
pengkhotbah mula-mula, seorang yang telah diutus Allah).”
Saya telah
bertobat, saya telah diselamatkan, ketika saya berumur sepuluh tahun—dalam
sebuah sebuah gereja yang berada jauh di daerah barat yang menjadi bagian dari
Negara ini, di Texas, daerah perbatasan Mexico. Saya telah bertobat pada suatu
pagi dalam sebuah kebangunan rohani yang diadakan dalam seminggu setiap pagi dan
saya telah dibaptiskan pada hari Minggu sore berikutnya.
Pada
hari-hari itu, dan di dalam gereja kecil itu, kami memiliki ibadah kesaksian
setiap Rabu malam. Orang-orang berdiri untuk bersyukur kepada Allah atas
anugerahNya yang telah menjangkau mereka. Dan pada Rabu malam itu setelah saya
diselamatkan, dan setelah saya dibaptiskan, di dalam ibadah kesaksian itu, saya
berdiri untuk bersyukur kepada Allah atas kasihNya yang telah diberikan kepada
saya. Dan saya bersyukur untuk pagi hari dimana saya telah diselamatkan. Dan
saya bersyukur untuk Minggu sore berikutnya dimana saya telah dibaptiskan. Dan
saya mulai menangis dan saya sering melakukan hal itu, penuh dengan air mata.
Saya tidak dapat mengungkapkan rasa itu, saya hanya menangis.
Saya
melihat ke arah ibu saya, untuk mencari kekuatan dan pertolongan dari dia. Hal
itu dapat melepaskan saya. Saya tidak dapat beranjak lebih jauh. Dan saya duduk
di samping ibu saya. Ketika saya duduk, satu orang tua yang berusia lanjut,
berdiri dengan letih. Dan memberi isyarat kepada saya dengan tangannya, dan dia
berkata, “Anakku, itu sebuah permulaan yang baik. Itu adalah sebuah permulaan
yang baik.”
Saya
selalu berpikir tentang hal itu sampai ribuan kali: “Anakku itu adalah sebuah
permulaan yang baik.” Dan di dalam angan-angan saya, saya senang untuk
memikirkan hal itu, dimana pengkhotbah pioneer tua itu meletakkan bebannya ke
bawah, saya telah mengambilnya dan berusaha untuk membawanya, menunjuk kepada
Anak Domba Allah, memimpin orang kepada Yesus, membuka jalan bagi Tuhan; dan
dalam doa yang sederhana saat saya masih seorang nak-anak, saya berharap akan
mencapai akhir yang mulia seperti orang tua itu—seorang yang diutus Allah.
Mereka mendaki
langkah-langkah anak tangga yang menuju sorga melalui resiko bahaya, kerja keras
dan rasa sakit. Ya Allah, berikanlah kami anugerah supaya kami dapat mengikuti
jejak mereka, memimpin orang kepada Yesus. Kemudian, melangkah ke samping—yang
mungkin dilupakan orang—sebelum kami terbaring di dalam kuburan—tetapi telah
membaringkan mereka ke bawah kaki Yesus, jiwa-jiwa yang telah kami menangkan di
dalam anugerahNya, di dalam kasihNya, di dalam kasih karuniaNya dan di dalam
namaNya.
Saya dapat
memberikan jawaban, bahwa tidak ada hadiah yang lebih berharga di dalam sorga
dari takhta anugerah, selain dari pada bertemu dengan seseorang yang telah saya
bawa kepada Yesus. Tuhan, mungkin itu adalah perhargaan sorgawi kami, dan hadiah
serta balas jasa bagi kami di dunia yang akan datang: “Mereka yang telah kami
perkenalkan kepada Juruselamat yang penuh berkat.” Dan doa saya yang sederhana
bahwa Allah akan menguduskan dan menyucikan dan menegaskan kesaksian kami pada
pagi hari ini, bahwa Dia akan memberikan seseorang pada kita. Tuhan sebagaiman
kami telah menebarkan pesan injil yang benar pada pagi hari ini, tegaskanlah hal
itu dengan sebuah hadiah. Dengan sebuah hasil.
Mereka yang datang
ke depan untuk berkata: “Hari ini, Saya akan memberikan hati saya kepada Yesus.
Ini adalah keluarga saya; kami semua datang ke depan pada hari ini.” Atau yang
menjawab panggilan Roh Kudus yang berada di dalam hati anda, dan berkata:
“Pendeta, di sini saya berdiri. Allah telah berbicara dan saya sedang
menjawabnya dengan seluruh hidup saya.” Mari kita berlutut bersama di dalam doa.
Alih bahasa: Wisma Pandia, Th.M.
No comments:
Post a Comment